Mon-Sun : 9.00 AM – 5.00 PM

Vertical Crabhouse

Demaan Jepara Jawa Tengah

+62 811 3155 222

crabhouse.jepara@gmail.com

Perkembangan Budidaya kepiting 2025

Budidaya kepiting, terutama kepiting bakau (Scylla spp.), telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir.

Permintaan yang tinggi di pasar lokal dan internasional, serta nilai ekonominya yang signifikan, mendorong inovasi dan peningkatan dalam budidaya ini.

Akuakultur kepiting bakau juga dipraktikkan selama bertahun-tahun di wilayah asia Tenggara, terutama berdasarkan penangkapan dan penggemukan kepiting muda dari alam liar. Ada permintaan yang tidak terpenuhi untuk kepiting bakau dan hal ini telah menyebabkan eksploitasi berlebihan di banyak daerah.

Kesulitan dalam memperoleh kepiting muda yang ditangkap di alam liar untuk operasi pertanian, ditambah kekhawatiran akan eksploitasi berlebihan lebih lanjut, telah menyebabkan investasi besar dalam penelitian teknik pembenihan.






Perkembangan Budidaya kepiting 2025

Perkembangan Budidaya kepiting 2024

Perkembangan Budidaya kepiting 2023

Perkembangan Budidaya kepiting 2022

Perkembangan Budidaya kepiting 2021

Perkembangan Budidaya kepiting 2021

Perkembangan Budidaya kepiting 2020

Perkembangan Budidaya kepiting 2019

Perkembangan Budidaya kepiting 2018

Perkembangan Budidaya kepiting 2017

Perkembangan Budidaya kepiting 2016

Perkembangan Budidaya kepiting 2016

Berikut adalah beberapa aspek terkait perkembangan budidaya kepiting:

1. Jenis Kepiting yang Dibudidayakan

Kepiting Bakau (Scylla spp.): Jenis yang paling banyak dibudidayakan, terdiri dari beberapa spesies seperti Scylla serrata, Scylla olivacea, dan Scylla paramamosain.
Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus): Selain bakau, rajungan juga mulai dikembangkan, meskipun lebih banyak ditangkap di alam.

2. Teknologi dan Metode Budidaya
  • Budidaya Tradisional: Menggunakan tambak atau keramba sederhana di kawasan mangrove.
  • Budidaya Semi-Intensif dan Intensif: Mengadopsi teknologi modern seperti pakan buatan, kontrol kualitas air, dan penggunaan sistem bioflok.
  • Budidaya Kepiting Soka (Kepiting Lunak): Menggunakan teknologi molting atau pelepasan kulit keras yang memungkinkan panen kepiting lunak dengan nilai jual tinggi.
  • Akuaponik dan Sistem Terintegrasi: Beberapa petani mengintegrasikan budidaya kepiting dengan tanaman atau ikan lainnya untuk meningkatkan efisiensi lahan.
3. Pemanfaatan Teknologi Modern
  • Monitoring Kualitas Air: Menggunakan sensor untuk memantau pH, salinitas, dan oksigen terlarut.
  • Pakan Buatan dan Nutrisi: Pengembangan pakan khusus untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan kepiting.
  • Penelitian Genetik: Upaya pemuliaan untuk menghasilkan kepiting dengan pertumbuhan cepat dan tahan penyakit.
4. Tantangan dalam Budidaya Kepiting
  • Kerusakan Ekosistem Mangrove: Budidaya yang tidak berkelanjutan dapat merusak habitat mangrove.
  • Serangan Penyakit: Penyakit seperti white spot syndrome dapat mengurangi hasil panen.
  • Ketersediaan Benih: Benih alami yang diambil dari alam semakin terbatas, mendorong perlunya hatchery (pembenihan buatan).
5. Dukungan Pemerintah dan Lembaga
  • Program bantuan teknis dan modal untuk pembudidaya.
  • Penelitian dan pengembangan oleh lembaga seperti BRPBAP (Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau).
  • Promosi ekspor kepiting ke pasar internasional, khususnya ke negara-negara Asia dan Eropa.
6. Peluang Pasar
  • Pasar Domestik: Konsumsi kepiting di dalam negeri terus meningkat, terutama di daerah perkotaan.
  • Pasar Ekspor: Kepiting Indonesia memiliki permintaan tinggi di negara-negara seperti China, Singapura, dan Jepang. Kepiting soka juga diminati di Eropa dan Amerika Serikat.

error: Content is protected !!